Hari ini Cikini lumayan lenggang, proyek trotoar 75M yang melintas di depan kantor “tumben banget” gak memacetkan sore ini. Bahu kanan sepanjang jalan menuju stasiun Cikini sudah lumayan jadi meskipun beberapa “plang” belum di pasang. Sesekali juga saya lihat ojol sedang liat googlemaps sembari split screen liat koplo abah lala. Cendol dawet gaaaaan!
Senja jadi apik. Lintasan motor-motor menyelingi semburat cahaya yang terkadang menerobos masuk ke mata. Beberapa saya lihat, sembari memegang handphone di tangan kanannya sambil swipe swipe, pejalan kaki dengan asyiknya bersendagurau berduaan dengan HP mereka. Senyum tipis-tipis berada di wajahnya meskipun secara utuh saya tau, mereka lelah, hari ini.
Pak Broto terlihat keluar dari Ohlins dengan kesal. Wajahnya seperti penasaran akan sesuatu dengan dahi yang di kerenyutkan. 20 tahun pengabdian sebagai hansip kompleks, nyatanya tak bisa menutupi kegalauan di balik wajah sangarnya. Mungkin dia pengan ngomong, “Jancukkkkk”. Cuma gak diucap. Sama kayak pengen “pup” tapi gak di keluarin karena kejebak macet di jalan.
Gak lama saya lihat, terus saya tepuk pundak Pak Broto kayak orang mau jadi jamaah sholat. Terus saya tanya.
“Nyapo pak?
“Asem, larang mas. Tak kiro podo karo Astra Spareparts”
Seketika saya pengen ngomong kasar, cuma saya tunda. Sebagai orang birokrasi, saya harus nunggu disposisi dulu dari lobus frontal otak untuk mengucapkan kata itu. Agak lama sih, cuma ya kan saya orang birokrasi. Jadi punya hak untuk itu! Jangan baper gitu
Sembari jalan ke arah Stasiun Cikini, saya menyempatkan nanya gosip kompleks ke Pak Broto. Orang yang dulunya rajin dolanan path buat ngepoin mantan, sekarang di HP saya lihat dia lagi suka baca berita ekonomi di CNBC. Grafik-grafik warna-warni juga sesekali dia buka. Sepertinya dia sekarang selain jadi hansip kompleks juga sembari main reksa sama saham. Pantesan papan tulis pos satpam yang dulu isinya jadwal siskampling dan piket mingguan, sekarang jadi garis-garis warna yang nulisnya pakai kapur tulis anak SD 90an. Hijau, merah, putih. Kuning kok gak ada? Ah sejak tahun 98, sepertinya warna itu jadi kurang peminatnya.
Bersambung. . . .
part 2 lanjutan cerita, menyusul. Tulisan ini sudah ditulis beberapa bulan lalu tapi gak rampung-rampung. Kayaknya mau nulis sembari ngabuburit yang gak bisa kemana-mana. Masih adakah persohiblogan yang aktif? Comment ya! Nanti ku kunjung balik. 🙂
Ini tulisan merupakan series Broto Jani yang beberapa tahun lalu sempet saya tuliskan. Siapa mereka? Intimin saja di sini Broto-Jani, Simbol “Gaul” Orang-orang Kampung
Bojong gede, 26 April 2020
Ayo dilanjut, mas Tri. Bojong Gede lumayan macet. Apalagi kalau lewat Citayem… selamat.. hehe
Waduh. Ampun kalo bojong gede lewat citayam. Butuh sabar extra pas di pasar citayamnya. hehe. . Depoknya mana nih mas?
Aku di Jatijajar, mas.
Hi! Saya komen
Takkira ini foto/cerita pas masa corona ini, kok dibilang sepi padahal rame
Iya, ini tulisan draft yang kemudian perlahan di reinkarnasi-kan haha. . Salam kenal!
Dari mana Mas asalnya?
Saya Pemalang mas. Sampeyan dari mana?
Saya dari Temanggung, Jawa Tengah. Kota kecil namun sangat indah.
Eish mantap. Sering lewat situ kalo pas mau ke jogja. Menyejukkan! 🙂
Lain kali mampir to Mas, banyak tempat wisata yang keren
Siap. Insya allah mas. Banyak yang belum di eksplore disana dan sekitarnya. hehe. .
Udah pernah ke mana aja emang?
Gunung sumbing hehe. .