Terres de café Bourdonnais


Pekan ini adalah pekan 9 Working from Home. Literally working from home

Saya pengen cerita sedikit.

9 pekan WFH ini benar-benar gila. Kerjaan full. Telemeeting full. Bayangkan, menjaga ritme kerja ketika kita disaat yang sama sedang berusaha mengubah kebiasaan itu bener-bener melelahkan. Belum jika WFH ini didukung sinyal yang ambyaaar.

Kalo ku pikir-pikir, sedikit flashback mungkin 2 pekan pertama jadi semacam riset sana-sini cuma berkutat tentang

masalah menentukan provider mana yang cocok untuk mendampingi WFH.

Disinilah saya baru sadar, kalo misal nanti cari rumah jangan pelosok-pelosok amat, minimal ada jaringan fiber yang bisa masuk tanpa pasang tiang yang berbelit-belit. Tapi apa iya Kabupaten Bogor itu masuk pelosok?

Mbuh!

Disela-sela COVID ini kalo bisa disimpulkan layanan di kantor juga masih sama dan cenderung masih on the track dari segi jadwal. Cuma mindahin kerja aja jadi di rumah. 9 pekan ini, sedang berjalan 2 batch besar seleksi pendanaan riset. Jadi 9 pekan ini jika ditanya ngapain aja, secara lega masih bisa menyimpulkan bahwa otak masih dipacu bekerja secara normal (entah ini normal, atau ini the new normal). Belajar banyak tentang radar, kedokteran komplementer berkaitan dengan generator ozon medis, stowage planning kapal, automatisasi batimetri, kebijakan over the top, total hip joint arthroplasty dan banyak banget proposal berkaitan dengan Industri 4.0 (sembari juga nukang bersihin gudang). Sudah mirip orang Indonesia banget kan?

Dari telemeeting yang sejauh ini saya lakukan, kalo dilihat juga sebetulnya disaat yang sama gak cuma kita yang berusaha menjaga kewarasan.

Akademisi kayak dosen, para profesor, peneliti-peneliti senior saya lihat juga sedang “berjibaku” dengan style pengajaran yang mengarah ke online.

Di kantor juga sama. Generasi “baby boomer” yang saat ini berada di level-level atas, yang terbiasa dengan “percetakan” di paksa untuk mau online-isasi. Dari approval, diskusi maupun “disposisi”. Arsitektur aplikasi kantor juga sudah mengarah ke interoperabilitas data dengan aplikasi lain. Membuat pengembangan menjadi terasa cepat guna menjaga momentum. Menarik lo ini!

Spirit Coffee Machines – (jepretan sendiri)

Buat yang khusus di lingkungan birokrasi kedepannya juga akan sangat menarik pembahasan berkaitan dengan flexible working space, efisiensi biaya operasional (perjalanan dinas) dan juga penerapan aplikasi-aplikasi agile project management seperti penerapan kanban board. Meetingnya pun cukup “standup meeting online” dengan pembahasan sprint backlog-backlog yang dikumpulkan. Gak perlu tatap muka. Asiknya lagi, coba bayangkan kamu buat nota dinas sembari ditemani segelas Noisette (Machiato) dan Quiche du jour-nya Terres de café Bourdonnais yang lokasinya gak jauh dari Eiffel Tower. Syahdu kan?!

Ah, semoga ini bukan harapan halu disaat WFH ya. Wakakakak.

Tapi btw, kalo ada yang nanya ke kamu, “Who led the digital transformation of your company?

Kalian sepakat jawab apa? 🙂

16 Mei 2020

Comments

4 responses to “Terres de café Bourdonnais”

  1. duniaqtoy Avatar

    pekerjaan emang bisa dilakukan secara jarak jauh, cuman kepercayaan dari atasan yang gabisa diremote, hahaha

  2. apemcomal Avatar

    Dari pandemi ini semua jadi belajar, bahwa ada beberapa pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah tanpa perlu hadir ke kantor. Dan sebagai orang yang mudah bosan dan tidak betah bekerja dalam kubikal, saya berharap bahwa WFH atau WFA (work from anywhere) ini bisa menjadi “new normal” yang tetap diteruskan setelah pandemi. Tidak perlu rutin datang ke kantor, karena meeting dan diskusi bisa dilakukan melalui conference call. Dengan catatan infrastruktur untuk jaringan internet sudah memadahi.

  3. bukanrastaman Avatar

    kok setelah baca berita disuruh masuk, aku jadi masih pengen WFH ya hahaha

  4. masHP Avatar

    Who led? I think : “Corona” Hehe.

Yuks!! Ngobrol di mari.