Terkadang orang begitu mudahnya membangun kepercayaan. Bukan masalah baik atau tidak, tapi sebagian menganggap kepercayaan menjadi satu pondasi dalam satu hubungan. Bukan semata-mata hanya kepercayaan mengenai cinta sahaja, tapi ini juga setia, lekat dalam sebuah persahabatan. Lalu kepercayaan seperti apa, yang saya maksudkan? Apakah sama dengan kepercayaan terhadap wakil rakyat, presiden, dan selevelnya? Apakah sama dengan kepercayaan terhadap KPK yang sedang panas? Apakah sama dengan kepercayaan kita terhadap aparatur negara yang terkadang tidak jelas langkah-langkahnya? Apakah sama dengan kepercayaan terhadap rahasia yang kita bagi dengan sahabat-sahabat kita? Apakah sama dengan kepercayaan yang kita bangun dengan orang yang kita cintai? Saya kurang begitu paham. Tapi sisihkanlah hal-hal itu, saya hanya ingin berbicara mengenai kepercayaan. Hanya “kepercayaan”. Mau seperti apa menangkap kepercayaan, saya yakin Anda punya begitu banyak cara untuk memahaminya. Tapi, bagi saya sendiri, terkadang kepercayaan itu terlalu abstrak untuk didefinisikan. Apalagi jika dalam era sekarang, kepercayaan sekarang begitu mahal, karena entah sampai kapan, semakin lama kepercayaan sudah seperti barang dagangan, yang semakin dia laku, semakin dia mulai dikebiri dari peredaran. Sungguh, saya benar-benar tidak tahu seni membangun kepercayaan. Atau mungkin Anda juga termasuk orang yang tidak tahu menahu seni membangun kepercayaan? Yah, mau dikata apa, seni itu terkadang begitu membingungkan, padahal intinya cukup sederhana saja, “membangun kepercayaan”. Atau malah, mungkin bisa saja, semakin kita giat membangun hal itu, semakin mudah kita untuk ditinggalkan. Continue reading “Membangun Kepercayaan”