Isinya macem-macem. Nulis aja, semoga kalian suka. :)
Author: Triyoga AP
Salam kenal, panggil saja Yoga.
Suka travelling dari dulu (kebanyakan solo backpacker). Suka fotografi (meskipun bukan profesional). Kadang-kadang mengisi waktu luang dengan naik gunung, camping ceria, gowes, trail running, sama woodworking. Di sela-sela kegiatan itu, saya juga masuk jamaah penyeduh kopi mandiri di rumah. Kebanyakan manual brewing.
Semoga dapat bertemu di dunia nyata.
Cheers!! :)
Inspirasi tulisan ini berawal ketika beberapa waktu lalu, ada yang nanya langsung ke saya sebenernya gimana bawa kamera kalo pas travelling. Jujur saja saya bingung harus mulai dari mana. Bukan cuma bingung cerita darimana, judulnya pun saya lumayan bingung harus kasih judul apa di artikel ini. hehehe. . Tapi yang pasti, artikel ini gak akan kasih tahu kalian gimana cara megang kamera atau bahkan jawab pertanyaan, “gimana sih cara naruh kamera di tas pas travelling?”. No!!
Annyeonghaeseyo!! cukup pembukanya aja yang Korea ya. 🙂
Oke. Jadi gini! Main-main ke Korea Selatan (di tulisan ini kebanyakan saya cuma nulis korea biar lebih singkat) buat saya pribadi bukan karena keberadaan SNSD, Red Velvet, Twice, atau bahkan Black Pink. Bukan! (Catet dulu ya). Soalnya banyak banget temenku yang pergi ke Korea karena suka sama boy/girl band pujaan hatinya. Ada juga yang ke Korea cuma pengen foto di depan agensi-agensi artis. Atau bahkan ada juga yang sekedar ke Korea cuma buat nyruput se-gelas es-teh-anget di cafe-cafe artis korea. Ya meskipun ujung-ujungnya minimal bisa selpie sukaesih di depan tokonya karena ngirit! Continue reading “Photo Story: Hal-hal Menarik tentang Korea Selatan”
Saya itu selalu kasih informasi kalimat penutup di setiap artikel travelling yang bunyinya “Mari selamatkan generasi bangsa dari bahaya kurang piknik“. Ini gara-gara kerjaan yang lingkup kerjanya administratif banget, kayak buat nota dinas, dan surat-surat lainnya yang kurang mengasyikkan. Sama kayak jabatan Database Administrator tapi kerjaannya malah bukan IT. hmmmmm.Ditambah jumlah cuti bersama yang menurut saya kurang disediakan oleh pemerintah. Padahal di Malaysia aja, libur tahunan sampai 60 hari. Weeeeek :0 ya bolos bisa siiiiih. heheheheContinue reading “Kanvas Travelling 2018”
Berhubung kemarin dapet promo air asiaPP Jakarta-Kuala Lumpur cuma Rp. 300.000, kali ini saya pengen cerita travelling yang agak sedikit berbeda. Boleh di cek sendiri di beberapa seri artikel saya sebelumnya. Mumpung gratis dan belum butuh scroll terlalu bawah. hehehe 🙂 Continue reading “Mengunjungi “Old School City” Melaka”
Setelah membaca beberapa artikel mengenai millenial erayang sedang berkembang saat ini, saya rasa “industri” dan new style of life dari coworking spacejadi salah satu bahasan yang sangat menarik untuk di ketahui. Lingkungan kerja yang tidak seperti biasanya, waktu kerja yang flexible, mengandalkan bekerja dengan open office(which is mungkin temen-temen akan lebih ngeh dengan desain yang mirip tema green office) bukan hanya cubical atau streak kerja di satu tempat, atau bahkan ingin merasakan new style of marketing yang mengandalkan “kepo-kepo” antar pengguna coworking space. Menarik kan?
Sebelum membahas lebih banyak, saya ingin mengenalkan mengenai coworking space supaya lebih memudahkan teman-teman membaca sisa tulisan ini.
Apa sih Coworking Space?
(1) Coworking is a style of work that involves a shared working environment, often an office, and independent activity. Unlike in a typical office environment, those coworking are usually not employed by the same organization. Typically it is attractive to work-at-home professionals, independent contractors, or people who travel frequently who end up working in relative isolation. (via wikipedia.org)
(2) Coworking is a social gathering of a group of peoplewho are still working independently, but who share values, and who are interested in the synergy that can happen from working with people who value working in the same place alongside each other. (via wikipedia.org)
(3) The coworking business model has three main characteristics. Operators offer different businesses, rental offices and desk spaces on a shared floor. The operator provides flexible terms allowing renters to move in and out and upgrade or downgrade with short notice periods. Perhaps the most important characteristic, the operator designs community building programs and events to create a strong business network among its renters. (via forbes.com)
(4) […] Technologists, programmers, and creative professionals wanted to work outside confining office environments but also to avoid the isolation of home offices. They chose to work side by side, in what are known as coworking spaces. They were accessible to anyone and sometimes free. People who chose to work in those spaces intentionally sought members from different organizations, thus reproducing the community, social interaction, learning, and energy typical of their online work, while adding the benefit of physical proximity to others. Unwittingly, they were “engineering spaces” to create the exploration that we know enhances creativity. (via hbr.org)
Simpelnya seperti ini, coworking space merupakan suatu tempat area kerja yang bisa digunakan oleh banyak orang (shared working environment). Tidak hanya itu, dalam salah satu seminar TED pada tahun 2013, Amarit Charoenphan menyimpulkan bahwa coworking space terdiri dari 3 “menu” utamayaitucooperation, colaboration and community. Artinya, bahwa coworking space bukan hanya semata-mata seperti kerja di kedai kopi -yang hanya duduk diam dipojok ruangan sambil ditemani segelas capuccino/caffee latte/single origin manual brew-, tetapi juga berfungsi sebagai tempat “inkubasi” bisnis, “diseminasi” bisnis bahkan kerja sama secara profesional antar sesama coworkers.
Lebih lanjut saya kutip dari C2live menjelaskan bahwa: Pertama, coworking space mengutamakan prinsip komunitas yang mengajak seluruh anggota dan tenant untuk saling berinteraksi dan berkolaborasi. Mulai dari segi konsep open design yang memberikan kemudahan untuk komunikasi hingga acara networking rutin, coworking space sangat cocok bagi kaum profesional dan entrepreneur yang percaya bahwa kolaborasi merupakan salah satu kunci kesuksesan. Kedua, coworking space juga menjadi lahan sempurna untuk mencari inspirasi dan pengetahuan dalam berbisnis. Berkat ekosistem tenant yang berasal dari latar belakang yang sangat bervariasi, seluruh anggota coworking space akan terus mendapatkan banyak insight menarik dari berbagai industri bisnis. Anggota coworking space juga berkesempatan belajar dari banyak pakar yang diundang menjadi pembicara workshop.
Yang paling menarik dari Coworking Space?
Hasil riset dari 45 CS’s di seluruh dunia, Jennifer Magnolfi (via hbr.org) menyatakan “discovered that people had chosen them because they believed that their performance would improve more rapidly in such spaces than in an office building or at home”.
Lebih lanjut dijelaskan, “A 2011 Deskmag survey of more than 1,500 coworkers in 52 countries supported her findings: 75% reported an increase in productivity since joining their space, 80% reported an increase in the size of their business network, 92% reported an increase in the size of their social circle, 86% reported a decrease in their sense of isolation, 83% reported that they trusted others in their coworking space.
Untuk startup sendiri, saya rasa dengan melakukan coworking space dapat menciptakan zero marketing costs. “Deseminasi” bisnis dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan mulut ke mulut yang menurut saya lebih efektif daripada mengirimkan proposal bisnis melalui email. Perkenalan melalui “old style” yang juga mengandalkan pertemuan face to face (-pun juga sambil ngobrol ngalor ngidul tentang kesukaan, pengalaman hidup atau bahkan kesedihan-) lebih efektif dibandingkan hanya sekedar mengirimkan CV melalui email.
Travel blogger, freelance company, early startup, dll dapat memaksimalkan penggunaan coworking space ini menjadi salah satu milenial style yang dapat memberikan kesempatan yang baru untuk belajar dan bekerja, menambah relasi dan pengembangan bisnis serta dapat menumbuhkan pemikiran yang open minded karena bisa bertemu dan ngobrol dengan beragam latar belakang pekerjaan.
“Co-working is not the trend-setter, is it the byproduct of how things have changed,” says Vohra. “Some businesses will always need their own offices because of the nature of their work. But for a business like mine, our infrastructure isn’t fixed. It exists on laptops, or in the cloud – we can work from anywhere in the world. Work is not constrained by physical space anymore.” (Vohra via theguardian.com)
Tertarik?
Buat temen-temen yang ada di Jakarta, terdapat satu coworking space yang patut untuk kalian coba. Kalian tidak perlu ke Singapore untuk mencoba bekerja di coworking space seperti yang saya jelaskan di awal artikel ini. Namanya EV Hive. Coworking space yang berbasis di Jakarta dan BSD, sudah ada di beberapa lokasi di Jakarta
– JSC Hive (Kuningan) JL. Prof Dr Satrio No. 7, Karet Kuningan, Jakarta Selatan. – EV Hive The Maja (Kebayoran Baru) The Maja Lantai 1, Jalan Kyai Maja No. 39. – EV Hive Dimo (Menteng) Jl. Timor No.6, RT.9/RW.4, Gondangdia, Menteng – IFC Hive (Karet) Jl Jendral Sudirman Kav. 22-23, RT.10/RW.1, Karet – EV Hive The Breeze (BSD City) The Breeze Unit # L 69-70, Jl. Grand Boulevard, BSD – Satellite @SCBD (Kebayoran Baru) Equity Tower 8th Floor, Suites 8B. Jl Tulodong Atas 2, Senayan, Kebayoran Baru – D. LAB (Menteng) Jalan Riau No.1, Menteng, RT.9/RW.5, Gondangdia
Sebagai bentuk coworking space, EV Hive juga tidak hanya menyediakan fasilitas untuk bekerja saja. Buat kalian yang kesana, EV Hive juga menyediakan koneksi internet yang cepat, mailing address agar kalian gak repot untuk mengirim dan menjemput kiriman, free flow coffee biar tambah seger sewaktu bekerja dan storage space untuk merapihkan barang-barang bawaan kalian.
Uniknya lagi, EV Hive ini tidak hanya sebagai coworking spacecompany saja, tetapi secara rutin EV Hive juga mengadakan workshop (free dan paid) dari beberapa partner EV Hive yang diadakan di beberapa cabang EV Hive yang ada di Jakarta. Hal ini dilakukan, karena EV Hive sendiri mempunyai misi untuk membantu pengembangan ekosistem startup (perusahaan teknologi) di Indonesia. Kegiatan-kegiatan seperti cara mendapatkan investasi dari investor teknologi, hingga bagaimana cara menciptakan produk teknologi sesuai dengan permintaan market akan banyak di jumpai di event-event yang diadakan oleh EV Hive.
Buat saya pribadi jika dilihat secara simple, EV Hive sebagai coworking space yang ada di Indonesia sebenarnya hanyalah sekedar menyewakan ruangan tempat bekerja bagi kalian yang bosan dengan area kerja itu-itu saja, orang itu-itu saja atau bahkan obrolan itu-itu saja. Tetapi jika kalian melihat lebih jauh lagi, sebenarnya dengan kalian “mampir” untuk sedikit bekerja di coworking space kalian akan banyak sekali menemukan ide, interaksi, inovasi, bahkan relasi yang secara gratis akan kalian dapatkan secara cuma-cuma. Kalian akan menemukan bagaimana dari pertemuan satu orang-dua orang bahkan lebih akan menghasilkan kerjasama mengasyikan yang bukan hanya sekedar internetan dan se-sruput kopi gratisan. 🙂
Jadi, berminat untuk menemukan dan mengembangkan ide bisnis kalian disana?
Jadi idenya gini, “pernahkah temen-temen berpikir bahwa barang bekas yang kita miliki bisa bermanfaat bagi orang lain lebih besar dibandingkan menjadi barang tumpukan di gudang kita?” Atau gini deh, saya ubah sedikit diksinya, “pernahkah temen-temen berpikir bahwa barang bekas yang kalian miliki bisa bermanfaat bagi saya lebih besar dibandingkan menjadi barang tumpukan di gudang kalian?” 🙂
Di masa sekarang ini, “apalagi buat saya yang hidup perantauan di kota besar” rasanya akan menjadi satu masalah besar jika tidak belajar yang namanya Pengelolaan Keuangan Pribadi. Semakin mudahnya mengeluarkan uang “sewaktu-waktu” berbanding terbalik dengan pemasukan yang harus menunggu hingga satu bulan tahun berjalan. Kondisi ekonomi Indonesia yang masih turun naik (saya sengaja menggunakan frase “turun” terlebih dahulu karena memang sedang dalam grafik turun yang dominan) kemudian memunculkan permasalahan tambahan, bahwa pengelolaan pribadi yang dipikirkan saat ini bukan hanya untuk saat ini, tapi juga harus ada efeknya untuk masa depan.
Sesuai dengan apa yang dituliskan pada (OECD, 2005; Hilgert, Hogarth, & Beverly 2003) menyebutkan bahwa “Warga negara yang memiliki kompetensi keuangan berperan penting dalam kelancaran fungsi pasar keuangan dan stabilitas ekonomi bangsa”. Dilanjutkan (Mandell dan Klien, 2009), mengatakan “Ketidakmampuan masyarakat membuat keputusan finansial dalam mengelola keuangannya dapat menimbulkan dampak negatif pada seluruh aspek perekonomian suatu negara”. Artinya, pengelolaan pribadi menjadi tulang punggung dan akan selalu berpengaruh pada kondisi perekonomian suatu negara. Meskipun tidak dalam kondisi yang sangat sederhana.
Kondisi lain yang menurut saya menjadi masalah saat ini adalah mengenai biaya pendidikan yang semakin tinggi. Bagi sebuah keluarga yang telah memiliki anak (atau bahkan “anak-anak” –maksudnya lebih dari satu-), saya kira hal tersebut juga menjadi masalah yang harus di atur karena menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa rata-rata kenaikan biaya pendidikan mencapai 10 persen per tahun. Bisa dibayangkan bagaimana dengan biaya pendidikan 15 tahun mendatang?
Tahun ini, kebetulan adik saya memasuki dunia perkuliahan melalui ujian mandiri. Saya bisa melihat bahwa ternyata melalui ujian mandiri, sumbangan pendidikan mempunyai pengaruh yang lumayan besar terhadap kelulusan pendaftar. Beberapa pekan lalu, adik saya berhasil lolos meskipun masuk di dalam list cadangan yang kemudian disusulkan dengan keharusan melakukan wawancara dengan orang tua. Lucunya, dengan kondisi kampus tersebut adalah salah satu universitas negeri di salah satu daerah di Jawa Tengah, mengatakan bahwa “akan dijamin masuk jika pembayaran awal (SPP+uang gedung+lain-lain) sebesar 35 juta dengan UKT (uang semester) golongan tinggi yaitu 7 juta/tahun”. Totally amazing!! Terlepas bahwa itu hal yang menurut saya berlebihan, tetapi mungkin saja beberapa tahun kedepan dianggap sebagai hal yang biasa dan nominal uang yang kecil.
Mari kita hitung kasar dengan skema diatas. saya anggap SD/SMP/SMA sudah gratis.
Uang Masuk + SPP tahun 1 = 35 juta Uang Semesteran = 7 juta/semester x 7 = 49 juta Kosan = 5 juta/tahun x 4 = 20 juta Uang bulanan = 1,5 juta/bulan x 12 (bulan) x 4 (tahun) = 72 juta Total = 176 juta atau 44 juta/tahun
Bisa dibayangkan bagaimana jika pengelolaan keuangan pribadi tidak diatur dari sekarang?
Emm. . Belum lagi urusan rumah yang harganya bisa naik 10%-35%/tahun. Apartment pun sama. Colliers International Indonesia via beritasatu.com pada tanggal 22 Maret 2017, juga mengatakan bahwa kenaikan harga hunian vertikal di Jakarta biasanya berkisar antara 10%-15%/tahun. Mungkin berbeda pada masing-masing daerah, tetapi saya kira kenaikan akan tetap terus terjadi.
Semua, bersumber pada “Seni” dan sudut pandang masing-masing
Manajemen keuangan pribadi adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya (keuangan) dari unit individual/rumah tangga (Gitman, 2002). Karena dianggap sebagai seni, maka pengelolaan keuangan tidak memiliki ke-baku-an yang sama pada setiap orang. Tidak ada yang salah melakukan pengelolaan keuangan pribadi menurut versinya masing-masing. Yang paling penting adalah bahwa masing-masing individu sudah mengetahui penting/tidak penting untuk melakukan pengelolaan keuangan yang baik.
Saya pribadi, untuk melakukan monitoring pengeluaran dan pemasukan biasanya menggunakan 2 cara, tradisional dan kekinian. Tradisional, tidak jauh-jauh dari kertas di buku catatan. Saya rasa, mungkin cara yang satu ini menjadi cara lama yang masih banyak dipertahankan. Rata-rata yang berada dan masih setia dengan cara ini biasanya orang-orang tua atau bahkan orang-orang yang belum move on dengan kebiasaan generasi 90-an. “Kebiasaan” masih belum bisa mengalahkan cara kedua yang lebih simple. Kekurangan cara pertama ini, jika catatan hilang atau tertinggal kita tidak bisa apa-apa. Kecuali kita memang memiliki kemampuan mengingat yang baik.
Cara kedua saya anggap ini sudah agak kekinian karena saya menggunakan aplikasi smartphone. Alasan utama saya memakai cara kedua adalah karena praktis dan selalu bisa dibawa kemana-mana. Bisa di backup dan restore jika sewaktu-waktu handphone perlu untuk di reset. Aplikasi android yang saya pakai ini namanya Money Manager Expense & Budget. Saya sudah coba beberapa aplikasi yang sama tapi menurut saya aplikasi ini yang paling sesuai dengan apa yang saya butuhkan.
Yang paling saya suka dari aplikasi ini karena bisa menampilkan grafik yang menarik sesuai dengan pemasukan/pengeluaran yang kita tulis. Kita juga bisa bagi laporan per kategori yang memudahkan untuk menghitung dan mengkalkulasikan uang yang dapat kita sisihkan tiap bulannya. Kenapa harus per kategori? Karena dengan per-kategori akan memudahkan kita untuk menentukan prioritas. Dari prioritas tersebut, kita dapat menentukan pos-pos pengeluaran mana saja yang harus dikurangi tiap bulannya. (Benson, 2004) mengatakan bahwa “kekuatan prioritas (the power of priority) berpengaruh juga pada tingkat kedisiplinan seseorang ketika mengelola uangnya”.
Berikut screenshot hasil pelaporan aplikasi yang saya pakai
Kemudian, permasalahannya dimana?
Kesimpulannya menurut saya, terdapat kekurangan.
Pertama.. , saya tidak bisa melakukan perencanaan masa depan. Misal, dengan kebutuhan dana untuk pendidikan anggap saja 100 juta, selama 15 tahun kedepan per tahun saya harus menabung berapa? Atau misal, saya tahun depan ingin explore Flores dan Raja Ampat, maka dengan budget misal 40 juta, saya harus menabung berapa per bulannya? Tidak ada cara.
Kedua.. , saya tidak bisa melakukan sharing data dengan istri/keluarga/siapapun karena aplikasi atau catatan ada di handphone saya.
Untuk melengkapi kekurangan diatas, untungnya BNI mengeluarkan salah satu fitur pada i-banking yaitu Pengelolaan Finansial Pribadi. Tujuan–nya sama untuk membantu melakukan pengelolaan keuangan untuk tujuan tertentu seperti pembelian aset (rumah & kendaraan), pendidikan, wisata, investasi, dll.
Biar lebih mengetahui fitur ini, simak video berikut
Sekarang setelah login aplikasi i-banking BNI, terdapat menu pengelolaan financial pribadi yang terletak di menu paling kanan.
Mari Mencoba!
Enaknya, karena saya sudah pernah memakai aplikasi pengelolaan keuangan di android, maka saya sudah mempunyai data kategori yang saya buat sendiri. Untuk yang belum punya kategori, saya sarankan ikuti saja dengan klik salin kategori. Salin yang penting menurut kalian, jangan semuanya.
Kategori yang saya salin
Jika memang kurang, tinggal tambahkan kategori sesuai dengan yang kalian tentukan. Kemudian, kita atur transaksi yang pernah kita lakukan. Disini kita akan sedikit flashback atas transaksi yang pernah kita lakukan, agar dapat dibuatkan ringkasan rekeningnya.
Setelah selesai dengan pengaturan arus kas (pemasukan-pengeluaran) ini yang buat saya tertarik, ada menu Pengaturan Tujuan. Seperti yang tadi saya sampaikan sebelumnya, saya ambil contoh saja yang terdekat misal tahun depan saya akan merencanakan Eksplore Flores dan Raja Ampat.
Untuk saya pribadi, kekurangannya ada pada bagian tambah kategori yang harus memasukkan token tiap kali menambah satu kategori. Bisa dibayangkan jika saya ingin menambahkan 15 kategori baru. 🙂 Selain itu, pada bagian pengaturan tujuan akan lebih baik jika tidak langsung mengarahkan untuk pembukaan rekening baru. Saya memiliki beberapa rekening BNI dan yang saya ingin lakukan adalah menggunakan salah satu rekening tersebut sebagai tabungan tujuan saya di target yang telah saya buat.
Saya kira dengan adanya fitur baru pada i-banking BNI semua bisa saling melengkapi. Kekurangan cara tradisional atau kekinian menggunakan aplikasi smartphone bisa dilengkapi melalui cara terakhir ini.
Menarik bukan? 🙂
Jakarta, 13 Agustus 2017 character no spaces = 7422
Kemarin pas udah di pastiin ke Jeju di itinerary yang saya buat, “berhubung saya madhzabnya backpacker “satu-satunya jalan buat ngirit budget (depends on), waktu optimal plus sekalian pengen ngerasain suasana pedesaan kayak di drakor-drakor *siapa tahu ketemu artis pas lagi syuting* ya cuma sewa motor. Gak lain dan bukan.
Ya itu sih masalah pilihan aja ya. Apalagi kalo misal lihat episode-episode running man yang di Jeju, suasana ndeso disana kayaknya sih bakal asyik kalo di explore. Bisa masuk perkampungan petani-petani disana sambil hunting foto ommoni-ommoni lagi ngarit, ahjussi-ahjussi lagi senderan pohon sambil ngudud linting mbako atau malah bisa nemuin gerombolan anak SD yang pipinya merah terus bawa termos air yang di gantungin di lehernya.
*Sekilas aja ya, di Jeju itu kebanyakan ibu-ibu/bapak-bapak ke objek wisata pakaiannya udah setelan outdoor, sepatunya juga kebanyakan (meskipun gak semuanya) trail running yang kalo di Indonesia itu yang pakai cuma muda-mudi kalo pas naik gunung/trekking ke suatu tempat. Gak tahu mungkin karena musimnya juga masih peralihan, ditambah objek wisata di Jeju yang kebanyakan alam. :))
Tulisan ini adalah tulisan saya yang lumayan lama, entah kenapa kok ini masih draft. Kayaknya sih dulu lupa buat di klik sebelum sinyal hilang. 🙂
Tulisan ini sengaja saya post, karena dulu lumayan butuh effort besar untuk sekedar nulis. Arm sling yang masih di pasang, belum pegelnya otot sekitaran pangkal lengan atas karena lumayan lama gak di gerakin. Semoga bermanfaat bagi temen-temen yang mungkin ketika baca artikel ini sedang dalam kondisi recovery patah tulang. Buat saya, recovery patah tulang itu lumayan lama dan butuh kesabaran. Sedikit pengalaman saya yang patah tulang lengan kiri, pasca operasi saya harus melakukan penyesuaian gerakan tubuh bagian kiri dengan bagian kanan. Jalan pun harus dibiasakan bergerak selayaknya orang normal. Lambaian tangan yang biasa kita lakukan saat jalan, termasuk salah satu kegiatan yang menurut saya susah saat itu. Buat temen-temen yang masih dalam masa recovery patah tulang saat ini, meskipun saya fans MU kalimat yang paling pas adalah, “You never walk alone“:) Continue reading “Patah Tulang”
Hari kedua saatnya kami berdua explore laut. Island hopping dengan rute barat dimulai dari pukul 08.00 teng. Meskipun pada kenyataannya agak molor karena hujan deras. Rasanya menikmati hujan deras di pinggir laut, mengasyikan!! Apalagi di Karimun, laut pinggir dermaga kinclongnya minta ampun, beda kayak di Muara Angke yang baunya makjleb sama warna airnya yang makjang. #heuheuheu Continue reading “Jadi Anak Pantai Sehari di Karimun Jawa”