***
Hari ini, masih sama. Jam menunjukkan pukul 19.36. Jakarta masih malu-malu menampakkan kegaduhan seperti biasanya. Petrichor menyembul dimana-mana. Hujan sejak tadi siang, membuat aroma bau-bau sungai kotor-tempat sampah pinggir jalan- juga asap kendaraan sedikit demi sedikit menghilang entah kemana.
Suasana depan Stasiun Senen masih sama. Kendaraan padat, menyisir sepanjang jalan. Ratusan -atau mungkin ribuan- kendaraan “antri” dengan sesekali mengeluarkan alunan nada alto klakson kendaraan. Sajak-sajak kerinduan menyatu di dalamnya, membiaskan semua suara-suara pecah dari kanan-kirinya.
Perlahan Raisa (nama motor -pen) berjalan perlahan dengan kecepatan yang pas. Angin sepoy-sepoy berbalut dengan suasana yang lumayan macet, nyaris tidak ada ruang yang cukup untuk saling berbalas sapa antara -entah- mungkin Pevita, Isyana, Dian Pelangi KW dua atau bahkan Rhoma Irama (nama motor lainnya -pen). Seperti itulah Jakarta, logikanya menggambarkan cinta yang terkadang selalu menimbulkan bahagia, meski tanpa saling berbalas sapa.
Tepat 10 menit 16 detik.
“Lo, restu mana?”. Entah. Gak ketemu tadi di jalan. Mungkin dia sedang berada di belahan Jakarta yang lain. Mencari hasil reformasi yang liar berlari tanpa tujuan pasti atau bahkan mencari kekosongan hati lain untuk ia tempati.
[…]
Malam, sekitaran Cempaka Putih.
restu merek motor apa,ga?
Kira-kira restu ini motor atau apa nih mba? 🙂
motor bernyawa,hahaha.. itu FF ato apa sih ga?
Hahaha. . Apa ya mbak, kayaknya sih FF juga ya karena framenya agak out of the box
Ko foto nya foto Jl. Asia Afrika Bandung ya Ka? ,-,
*salah fokus wkwkwk
Nah itu, kalo di bandung ngambil latarnya asia afrika deh. haha. .