Tak sudikah kau tersenyum barang “sedikit” saja untukku saat ku kan pergi? Bahuku sudah cukup lelah, menjaga tas agar tak jatuh dalam asmara bumi gravitasi. Jarum waktu berputar tanpa bersentuhan, gerakannya acak. Aku hanya bisa sesekali memancing kau tuk bicara, namun satu jam menunggu, yang ada hanya diam dan suara klakson kereta akan berangkat.
Tak sudikah kau bertanya “bagaimana tidurku” tadi malam saat ku kan pergi? Kelopak mata selalu mencoba berhimpit, meskipun aku mencoba memisahkan mereka dengan rasa capek selangit. Kebebasan memejamkan mataku diperkosa oleh nyamuk-nyamuk tadi malam. Mereka bercanda dengan cara mereka sendiri, memabukkan.
Tak sudikah kau berkata, “hati-hati” dengan nada manjamu saat ku kan pergi? Bisingnya stasiun tadi pagi merayapi sekujur tubuhku yang sakit. Menyelinap dalam lobus yang berdekatan dengan akal satu demi satu. Memekakkan apapun yang masuk di telingaku. Termasuk deretan nada penyusun kata “hati-hati” mu itu. Mana?
Berteman Sepi.
#Sidomukti
Lagi marahan ya? 🙂
eaa