Nobody can go back and start a new beginning,
but anyone can start today and make a new ending.
~ Maria Robinson
Jika kita berbicara mengenai kehidupan, maka tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan dibentuk dari warna-warna perbedaan. Baik vs buruk, susah vs senang, pemarah vs sabar menjadi satu pasangan yang selalu menjadi positif dan negatif di dalam kehidupan. Banyak sekali memang jika kita runut satu per satu keanekaragaman yang memang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memaknai perbedaan itu, mari kita belajar falsafah 5 jari kehidupan.
Tangan yang kita gunakan untuk menggenggam terdiri dari 5 jari, Ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking.
Ibu jari yang dengan sifat kuasanya, kekuasaan, sifat baiknya, keibuan, dan mungkin mampu membimbing 4 jari yang lainnya,
Telunjuk, yang selalu menunjukkan future target di dalam keyakinanya,
Jari tengah yang selalu berani, yang selalu menjujukkan keangkuhannya,
Jari manis, yang selalu menunjukkan kesetiaannya, serta ada juga
Kelingking yang menunjukkan kerendahan hatinya.
Ya, 5 sifat yang berbeda dalam satu wadah yang bernama tangan. Ketika tangan bekerja, maka jelas, kehilangan salah satu dari mereka bisa-bisa membuat kinerja kita menjadi semakin berkurang. Ketika kita berbelanja dengan membawa jinjingan, pasti akan lebih terasa sulit jika hanya menggunakan 4, 3, 2, bahkan 1 jari, ketika menggenggampun juga demikian adanya. Kehadiran 5 jari itulah yang membuat kesatuan visi akan sesuatu menjadi mudah untuk digapai, dan ketidakhadiran salah satu dari mereka menjadi kekurangan yang bisa membuat visi tersebut menjadi pudar bahkan bisa saja menghilang.
Itulah jari-jari kehidupan, jari-jari “kamuflase” penegas perbedaan yang ada di dalam kehidupan. Berbeda sifat, namun saling membutuhkan satu sama lain. Begitu juga dengan kehidupan kita, perbedaan itu pasti ada, di tempat kerja, dalam satu kuliah, bahkan dalam satu rumah tanggapun perbedaan pasti tetap ada, tinggal bagaimana caranya, perbedaan itu bekerja dalam satu visi, bekerja dalam satu pikiran agar perbedaan itu menjadi sebuah simbiosis yang saling mengisi.
“Perbedaan itu jika masih dalam satu tujuan, akan menjadikan satu kekuatan yang tak perlu diragukan lagi fungsinya. -Triyoga Adi Perdana”
Selamat berkarya!! Semaikan perbedaan dalam satu tujuan, untuk hidup yang lebih baik! 🙂
jos gandos men ah,,,, sudah angkatan tua pemikirannya sudah semakin bijak saja kau kawan, subhanallah,,,,,,,ki lg waras orak???
Angkatan dewasa her. hehe 🙂
Insya Allah lagi sadar nulis iki kok. 🙂