Bandung – Coretan ini bukan karena dibuat pas Idul Adha atau pas makan sate terus ngupdate blog tentang sateisme. Tidaaakk. Pengantaran cerita ini saya dapat dari suatu kelas tahun pertama yang saya ikuti. Saya amati, memang beliau lebih sering berbicara kesana kemari di sela-sela beliau melakukan pengajaran. Hal ini dilakukan hampir setiap kali beliau mengajar. Ternyata, setelah dicek lebih lanjut, akhirnya beliau mengatakan bahwa menjadi pengajar bagi tahun pertama di jenjang kuliah memang bukanlah hal yang mudah. Seorang pengajar pada tahun pertama haruslah mengubah pemikiran mahasiswa didikannya untuk keluar dari koridor pemikiran seorang siswa SMA, hal ini berbeda dengan para pengajar yang memang mengajar tingkat atas. Mereka (mahasiswa) setidaknya sudah dapat dan “banyak“ berpikir bagaimana seharusnya pola mereka berpikir dalam koridor seorang mahasiswa. Nah, Salah satu yang pernah beliau berikan adalah “Jangan pernah mau menjadi kambing”. Loh, kambing kan enak, bisa dibuat sate? Ha.. Tenang, Kita tidak membahas sedetail itu disini, udah ada kadar tersendiri yang hanya akan membahas point penting dari bagaimana proses pemikiran mahasiswa yang dapat disamakan dengan kambing.
Analogi Kambing!!
|Kambing akan bergerak menuju apa yang kita inginkan, jika dari belakang terdapat si empunya berteriak “hus, hus”, atau malah dengan membawa semacam kayu untuk di pukulkan ke bagian kambing agar mau berjalan (sebut saja punishment), atau dari depan si empunya membawa sejumput rumput agar kambing merasa tertarik sehingga mau menuruti apa mau kita (sebut saja reward).|
Apa Artinya? OK
Kambing dapat diibaratkan sebagai siswa SMA. Pada saat SMA, seorang siswa SMA pastilah banyak di bantu, diperhatikan oleh seorang pengajar (sebut saja guru). Sebagai contoh mungkin nilai jelek, pastilah ia dipanggil satu persatu dan selalu ditanya alasan akan nilai yang jelek tersebut atau malah jika tidak masuk kelas pastilah akan ditanya kenapa ia tidak masuk. Sakit, atau emang bolos sekolah. Mungkin begitulah sedikit gambaran, untuk sedikit mengingatkan kita bagaimana saat kita SMA dulu!
Tapi, apa yang perlu di koreksi?
Bagaimana dengan kita sebagai mahasiswa?
Menurut apa yang telah dikatakan oleh beliau, seorang mahasiswa tidaklah seperti pemikiran SMA. Mahasiswa disini, bukanlah seseorang yang tidak mau gerak jika tidak ada punishment dan reward dari pengajar ataupun dari orang terdekat kita. Memang hal ini terasa perlu, apalagi dalam kaitan semangat ruhiyah dalam diri kita. Tapi apa yang ditekankan disini adalah ketika memang tidak ada seseorang yang menyemangati kita ataupun memberikan reward dan punishment kepada kita, kita tetap jalan dengan apa yang kita lakukan sebelumnya tanpa ada sesuatu yang menghambat kita. Memang saya rasa mudah mengucapkan hal ini, tapi kenyataannya masalah ini banyak terjadi pada mahasiswa yang berada di tahun pertama atau mungkin malah masih ada pemikiran seperti ini pada mahasiswa yang sudah menginjak tahun ketiga dan keempat. Masuk kriteria yang manakah kita dalam hal ini? Kambing, ataukah mahasiswa? Semoga jangan kambing ya!! He…
Belajarlah mentolerir ambiguitas. Dunia ini bukan hitam-putih. Manajemen bukan hanya ilmu, tapi juga seni. Berusahalah untuk selalu belajar tentang bagaimana cara kita melihat bukan semata-mata kita dilihat!!!
2 thoughts on “Jangan Mau Menjadi Kambing”